Novel Relung Rasa Raisa – Apakah semua orang pantas dapat kesempatan kedua?

No, of course not. Itu pendapatku, ya. Tapi penulis buku ini ngga sependapat sama aku. Di cover edisi sebelumnya buku ini ada tulisan “Semua butuh kesempatan kedua”. Tapi menurutku buku ini take it too far. Relung Rasa Raisa adalah novel fiksi karya Lea Agustina Citra. Genre-nya apa, ya? Mungkin fiksi aja? Ada sedikit unsur romance-nya, tapi bukan jenis yang benar-benar fokus di romance, jadi menurutku nggak terlalu romance juga. Novel ini berlatar di dua tempat, Indonesia dan Jerman, dan ceritanya juga beralur maju mundur sepanjang buku.

Cover buku edisi lama

Raisa lupa rasanya punya cita-cita. Seluruh mimpi masa mudanya untuk berkuliah dan hidup di Jerman hancur tak bersisa. Ketika AhA Publishing mengirimnya ke Frankfurt Book Fair, ia merasa memiliki kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya.
Itu bukan perjalanan dinas biasa. Raisa harus mendapatkan hak terbit novel bestseller untuk menyelamatkan kantornya dari kebangkrutan.
Cedar Incense, novel pemenang penghargaan bergengsi dengan latar belakang kerusuhan Mei 1998 itu menjadi target utama Raisa. Namun Jan Marco, sang penulis, menolak novelnya terbit di Indonesia. Padahal, Raisa yakin novel itu akan menyelamatkan AhA Publishing.
Ia pun nekat mengejar Jan Marco hingga ke Aachen, kota tua di pinggiran Jerman. Tanpa disadari, misi itu mengantarkan Raisa pada luka masa lalu yang disembunyikan di relung hati terdalam. Pada seseorang yang namanya tak layak disebut.

Sinopsisnya kelihatan menarik, ya, makanya aku pinjam buku ini dari Perpusnas. Review ini akan sangat penuh spoiler haha karena aku bakal cerita segalanya yang aku temukan, dan menurutku plot twist dalam buku ini cukup mengubah opini aku soal bukunya.

Ringkasan cerita

Dimulai dari cerita Raisa yang kantornya, AhA Publishing, lagi krisis. Mereka kekurangan duit dan hampir bangkrut. Tadinya mereka mau buka stand di Frankfurt Book Fair tapi karena hampir bangkrut mereka cuma ngirim Raisa seorang diri untuk ke sana dan sebisa mungkin nyari kontrak buku yang sebagus mungkin yang akan menyelamatkan penerbitan dia.

Dari awal buku ini sudah ada dua sudut pandang. Yang pertama dari sudut pandang Raisa, yang kedua adalah Caesar. Caesar adalah mahasiswa S2 di RWTH Aachen University. Dia lagi di Jerman sekarang. Agak bingung juga sih aku sama nama Caesar, gimana nyebutnya? Kaesar? Cesar? Caesar? Ternyata Cesar sih, soalnya kalau di percakapan suka ada “Ces” gitu hahaha jadi aku ngga bingung terlalu lama. Kita pasti sudah tau dari awal akan ada hubungan-hubungan menarik lah di antara Raisa dan Caesar, karena mereka punya sudut pandang masing-masing di buku ini.

Di Frankfurt Book Fair, ada satu buku pemenang penghargaan Man Booker Prize. Ternyata buku ini berlatar belakang di Indonesia dan menceritakan kisah cinta antara orang Tionghoa dan Betawi. Tapi anehnya, buku ini ngga terdengar di Indonesia. Raisa berusaha mendekati agen penulisnya untuk membeli hak ciptanya untuk diterbitkan di Indonesia. Menariknya lagi, sepertinya si penulis ngasih perintah kalo bukunya ini ngga boleh sama sekali terbit di Indonesia!

Raisa jadi penasaran banget, karena menurut dia bukunya bagus. Dia juga kenalan sama Lilo, mahasiswa Indonesia di Jerman yang ngaku tau rumahnya penulis ini, yang bernama Jan Marco, dan menawarkan untuk nganterin Raisa ke rumahnya. Tapi mereka harus ke luar kota, yaitu ke Aachen, dan Raisa diajak nginep di apartemen Lilo. Lilo berbagi apartemen sama mahasiswa Indonesia lain yang kebetulan lagi liburan keliling Eropa. Siapa lagi kalau bukan Caesar!

Terus Caesar pulang dari liburannya keliling Eropa, bertemu Raisa yang nempatin kamarnya untuk sementara. Mereka pura-pura ngga kenal demi Lilo padahal mereka punya sejarah panjang. Jadi habis ini bukunya mulai maju mundur gitu alurnya. Sesuatu yang bikin aku kesel adalah dia nggak selalu ada keterangan waktu di awal bab, cuma pas pertama flashback aja. Setelah itu cuma ada tulisan Aachen atau Bandung atau Jakarta. Jadi kadang-kadang aku bingung ini tuh flashback atau dia sudah pulang ke Indonesia?

Jadi di flashback-nya kita tahu bahwa Raisa adalah anak teladan. Pinter, ketua OSIS, dan lain-lain. Aku cukup heran sih sama stereotip ini, karena waktu aku sekolah, anak paling pinter itu nggak aktif di OSIS sama sekali, paling di ekstrakurikuler anak-anak pinter aja, kaya rajin ikut OSN, Karya Ilmiah, science club, bahkan ekskul wibu; sementara yang ikut OSIS ya yang rajin networking haha. Sementara itu, Caesar ini bisa dibilang kebalikannya Raisa, dia anak bandel, nilainya jelek, anggota geng motor, dan sebagainya. Tapi suatu saat Raisa diminta jadi tutornya Caesar dan Raisa yang nurut-nurut aja sama guru ya iya-iya aja. Kemudian tentu saja mereka jadi deket banget dan suatu ketika mereka mulai pacaran.

Meskipun cukup sering flashback ke masa-masa SMA, aku ngerasa buku ini kurang banget membangun hubungan di antara mereka berdua. Aku bisa percaya kalo Caesar suka sama Raisa dari awal, tapi Raisa yang awalnya kesal banget tiba-tiba jadi suka juga sama Caesar? Sejak kapan? Relationship building-nya kurang dijelaskan di buku. Dan cara mereka dekat mengingatkan aku sama drama Our Beloved Summer, tapi bayangin kalau kita cuma lihat mereka berinteraksi sambil belajar beberapa kali aja, tiba-tiba udah confess aja! Terus mereka saling confess di tengah-tengah lapangan basket!! Hahaha apakah ini To all the boys I’ve loved before? Dimarahin orang ga sih kalo ada yang main basket terus sepasang anak malah ke tengah-tengah dan diem aja?

Ya intinya mereka akhirnya pacaran sampai suatu ketika mereka berduaan di rumah Caesar, habis nonton film, diajak Caesar masuk kamar, terus berhubungan badan! Waaa di awal baca ngga nyangka ternyata akan ada plot ini, tapi masih interesting.

Mungkin kalian sudah bisa nebak dari paragraf di atas bahwa kemudian Raisa hamil! Ini kejadiannya sekitar pas mereka lagi UN kelas 12, jadi sekolah sudah selesai, Raisa bisa menyembunyikan kehamilannya dengan mudah dari teman-temannya. Sayangnya pas Raisa ngomong ke Caesar, dia kaya ngga percaya gitu. Malah kesal sendiri dan ngajak ke rumah sakit untuk tes yang lebih akurat. Akhirnya Raisa cerita ke orang tuanya sendiri. Mereka marah, lah, bahkan sampai ditampar sama ibunya. Bingung nggak, sih, anak lagi terpuruk malah ditimpa tangga. Orang tuanya memaksa supaya Caesar tanggung jawab. Raisa bilang kalau Caesar ngga mau, ya ngga bisa dipaksa. Karena mereka kondisinya juga sudah berantem waktu itu. Kemudian ada saran mereka menikah aja sekarang lalu nanti bisa bercerai. Tapi bapaknya sedih banget dan bilang “jangan pernah bercerai”. Aku bingung banget, emang kenapa? Setahuku memang lahir di luar pernikahan itu bisa bikin sulit buat anaknya, jadi masuk akal aja kalau ada kejadian kaya gini, kedua orang tuanya nikah sampai melahirkan, terus cerai asal nama bapak ibunya sudah ada di akta kelahiran. Daripada nyangkut sama pasangan yang nggak cocok, kan?

Akhirnya, Raisa dan Caesar menikah. Mereka tinggal di rumah keluarga Caesar sama orang tua Caesar. Caesar yang dari dulunya anak nakal ternyata masih nakal terus. Kerjaannya pulang malem karena main sama temen-temennya. SAMPAI SUATU HARI, Raisa marah-marah karena Caesar kok ngga jadi dewasa, mereka saling ngata-ngatain, terus Caesar dorong Raisa, Raisa nabrak tembok, keguguran deh.

Hal ini terjadi pas mereka sekitar usia 17 tahun. Setelah itu mereka nggak pernah ketemu dan saling ngomong lagi selama 8 tahun karena Raisa marah banget, baru deh ketemu di Jerman. Mereka ngga pernah cerai, jadi status mereka masih menikah. Ini karena Raisa marah banget. Maksudku ini tuh maksud akal banget ngga sih? Hamil, cowonya ragu-ragu buat nikah, pas udah nikah ngga bertanggung jawab, berbuat kekerasan, bunuh anak sendiri, terus Raisa marah. Masuk akal banget! Bodo amatlah cowonya ngerasa apa habis itu. Kata Caesar sih dia selalu setia, terus berusaha hubungin Raisa, ngirim email terus meskipun ga pernah dibaca, ngasih uang terus lewat rekening bersama, belajar di Jerman supaya mereka makin makmur, tapi Raisa ngga bisa terima. Ya iyalah! Kenapa harus nunggu anak gugur dulu baru berubah?? Kalau Raisa ngga maafin Caesar seumur hidup, ini masuk akal banget.

Tapi mungkin udah ketebak ya, dari paragraf pertamaku di atas kalau buku ini berusaha untuk menyatukan mereka kembali. Setelah baca bagian KDRT itu aku sebenernya udah deg-degan gituloh takut mereka akan dipaksa balikan lagi di bukunya, meskipun ada sedikit harapan kalo enggak, mungkin dia bakal berakhir sama Lilo, gitu. Tapi engga haha, bener-bener langsung setelah Lilo tau kalau mereka masih berstatus menikah, dia yang tadinya deketin Raisa langsung mundur, bahkan dia yang ngajak Raisa ngobrol,

“Ehm, walau sakit hati rasanya menanyakan ini ke kamu, aku pengin tahu, apakah kamu masih mencintai Caesar setelah delapan tahun itu lewat?”
Raisa tertegun, senyumnya menghilang, Ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan itu lagi. Bahkan ia sendiri pun tak bisa menjawab ketika si hati menanyakan pertanyaan yang sama.
“Intinya, kamu harus jadi Agnes Monica, melihat cinta bukan dengan logika, tapi merasakannya dengan hati. Kamu terlalu banyak mikir, Ra. Kasihan hatimu, udah diciptain tapi nggak pernah dipakai.”
Raisa tertegun berusaha mencerna kata-kata Lilo. Apakah selama ini logika justru yang menguasai semua tindak-tanduknya? Apakah ia memang sudah tak punya perasaan lagi? Oke, ke mana hatinya?

Hati lu pergi waktu lu keguguran gara-gara kekerasan dari Caesar Raisaaaa.

Terus dia lama mikir sendiri, dan bertanya-tanya apa sih yang sebenarnya dia inginkan dalam hidup.

Apakah Raisa tak mau mengakui selama ini ia hidup bagaikan robot mekanik yang sudah diprogram untuk bergerak di satu jalur, memikirkan satu hal saja, dan tak mengizinkannya membuka diri bagi pria lain karena sebenarnya tanpa sadar ia telah menakdirkan dirinya untuk bersatu hanya dengan robot pasangannya, Caesar? Sejak pertama bertemu, Caesar telah jatuh cinta kepadanya, lalu setia mencintai Raisa sampai delapan tahun kemudian.
Suara hatinya berkata, Caesar masih muda, Ra, dan penampilannya tidaklah buruk. Kalau dia mau, dia bisa saja mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik daripada kamu, tapi yang dia lakukan malah menunggumu tanpa harapan.

Hadu Raisa mending lu ke psikolog, deh… Ngga ada disebut-sebut sama sekali Raisa maupun Caesar konsultasi ke psikolog soal masalah mereka. Padahal ini sesuatu yang besar, loh, dan kalau akhirnya menimbulkan trauma buat Raisa untuk menjalin hubungan baru, itu sangat-sangat understandable. Tapi ini juga yang buat aku bingung, penulis buku ini adalah psikolog! Kok bisa-bisanya ada psikolog yang menyarankan untuk balikan sama mantan yang physically abusive? Mungkin Caesar udah berubah, tapi biarlah dia berubah sama orang yang berbeda, bukan yang pernah dia KDRT-in sebelumnya.

Di sekitar 85% buku ini, waktu aku Raisa mulai introspeksi diri soal hubungannya sama Caesar, aku beneran marah banget baca buku ini. Dia nggak harus maafin Caesar! Nggak papa kok putus atau cerai, apalagi kalo suaminya pernah kekerasan! Itu hal yang berat, loh, ngedorong istri sampai keguguran. Aku jadi baca buku ini lambaatt banget begitu sampai akhir karena ya begitu, aku jadi marah sendiri.

Masih ingat Jan Marco, penulis buku yang ditarget sama Raisa? Dia ternyata adalah omnya Caesar dan entah kenapa dia shipping Raisa sama Caesar. Di 85% buku dia bilang dia bersedia ngasih Raisa hak cipta bukunya kalau dia balikan sama Caesar. Wkwkwkwkkwk mind blown ga sih? Soo convenient. Raisa berpikir kalo ceritanya Jan Marco dan Caesar sama, sama-sama kehilangan istri dan calon anaknya. Kebetulan dulu istrinya Jan Marco yang merupakan inspirasi buku dia, diperkosa dan dibunuh waktu kerusuhan 1998, kondisinya dia lagi hamil. Terus Jan Marco pingin Raisa balikan demi dapat hak cipta. Beda atuh.

Hal-hal lainnya

Waktu Raisa ngobrol sama bosnya yang blasteran kulit putih, Raisa bilang

“Dasar bule gadungan! Kebanyakan darah pribumi ketimbang kompeninya sih, jadinya nggak biasa berpikir out of the box

Mungkin ini cuma becandaan biasa antarteman ya, tapi rasanya gimana gitu kalau ditulis di buku. Coba cari tau Post colonial inferiority complex, ngerasa inferior dibandingkan kaum yang dulu ngejajah kita, terutama ya orang-orang asing berkulit putih.

Selain itu di awal cerita, Raisa ragu-ragu waktu diajak Lilo nginep di rumah dia. Jelas lah, baru kenal berapa hari udah ngajak cewe nginep? Tapi kemudian Lilo bilang,

“Tenang saja, Ra. Aku sayang ibuku. Aku punya tiga adik perempuan yang sangat kucintai. Jadi, aku tau bagaimana menghargai perempuan.”

Aku benci banget orang-orang yang bilang I have sisters, of course I respect women. Aku ngga punya saudara kandung laki-laki, tuh, apa itu berarti aku ngga bisa menghargai laki-laki? Apakah laki-laki ngga bisa melihat perempuan sebagai manusia aja yang perlu dihargai dan dihormati sebagaimana manusia normal? Ngga usah punya ibu dan saudara perempuan harusnya udah tau gimana cara menghargai manusia lain. Bingung aja mentalitas seperti ini ada di buku yang terbitan baru, gitu.

Selain itu, mereka ena-ena, ga dijabarin secara gamblang untungnya. Dan di buku ini memang ada sedikit ajaran moralnya gitu, jadi ya kelihatan lah dari narasinya kalau penulisnya beranggapan ini seharusnya ga boleh. Tapi tetap aja ada beberapa hal yang bikin aku kaya heemmmmmm..

Saat itu yang ada di benaknya hanyalah, ia sangat mencintai Caesar dan rela mengorbankan segala-galanya untuk cowok itu, bahkan hartanya yang paling berharga.

Come oonnnnn menjaga keperawanan itu satu hal, oke banget, tapi “harga yang paling berharga”? Lu hidup ga punya apa-apa banget apa gimana cuy. Marah deh aku bacanya. Yang bener aja.

Terus ada satu cewe tajir Indonesia yang juga lagi kuliah di Jerman. Dia demen banget sama Caesar dan ngejar-ngejar Caesar tapi selama ini Caesar selalu diem aja.

Ini benar, Ra. Kamu tahu, kan, Alena itu mengejar-ngejar Caesar? Walaupun sampai saat ini Caesar terlihat nggak tertarik, yang namanya kucing – kucing garong pula, mana bakal tahan diumpanin ikan bandeng pakai bikini terus menerus?”
Raisa mulai tertawa membayangkan Caesar dalam kostum Cat Man superketat digoda ikan bandeng bertubuh gendut berwajah menor yang menggunakan sack dress ketat berbelahan dada rendah.

Seperti yang bisa diduga dari quote di atas, Alena ini emang suka dandan menor dan pakaiannya terbuka. Kadang juga digambarkan agak childish. Tapi ikan???? Masih aja ya ada yang begini. Laki-laki itu cuma kucing yang nggak mungkin kuat kalo digoda perempuan yang kaya ikan? Manusia itu punya nafsu dan akal, bukan nafsu aja. Harusnya bisa mengontrol diri. Perempuan bukan ikan yang tujuannya hanya untuk menggoda dan laki-laki bukan hewan yang ngga bisa mengontrol nafsu.

Kesimpulan

Buku ini awalnya menjanjikan, aku juga cukup hooked sama konsepnya. Apa kira-kira hubungannya sama kerusuhan 98? Apa yang bakal diungkap sama buku ini soal kerusuhan 98? Tapi sayangnya kurang banget eksplorasinya di situ, dan begitu kita mulai tau backstory-nya Raisa dan Caesar, ceritanya malah fokus di mereka. Padahal sinopsis belakang bukunya itu ngomongin soal penerbitannya bangett, jadi agak blindsided aja, sih.

Tapi bukan cuma itu aja yang aku ngga suka, karena pada dasarnya aku juga suka buku romance, aku sering banget baca romance. Tapi ya romance dalam buku ini latar belakangnya terlalu “berat” dan nggak dihandle dengan baik. Aku juga nggak setuju sama banyak pendapat penulisnya dan cara dia menggambarkan orang-orang tertentu, seperti yang aku jelasin di atas.

Masalah paling parah banget itu ya soal memaafkan mantan yang physically abusive, sih. Raisa sampe hidup kaya robot dan nggak menjalin hubungan baru sama siapa pun, bukan berarti karena dia diam-diam masih mencintai Caesar. Orang dia menolak bertemu selama delapan tahun, kok, dan waktu ketemu, gut reaction-nya mau marah terus dan nggak merasa masih mencintai. Sangat disayangkan penulis yang juga seorang psikolog kok menyuruh karakternya balikan sama mantan yang pernah KDRT, dua-duanya belum pernah konseling, lagi! Kedua tokoh utama ini sama-sama berpendidikan tinggi, harusnya tahu lah soal ini.

Tadinya aku mau ngasih buku ini 1 bintang aja karena 20% terakhir yang sangat mengecewakan dan aku nggak setuju banget sama pesan moralnya. Tapi karena awalnya menarik dan premisnya menarik, yaudah 2/5 deh.

3 Comments

  1. Thank you untuk ulasannya Kak Anindya! Tadinya buku ini sempat ada di list TBR ku tahun lalu tapi masih ragu untuk membaca, sekarang jadi ada gambaran sedikit ttg ceritanya berkat ulasan dari sini :> , poin of view yg menarik kak!

    Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s