Ritual Meminjam Buku di Perpustakaan Nasional

Sekitar dua bulanan terakhir, aku lagi sering banget berkunjung ke Perpustakaan Nasional Medan Merdeka. Aku baru sadar di bulan Oktober kemaren kalo ternyata di sana bisa minjem buku! Seneng bangett. Ini bukan pertama kalinya sih aku ke Perpusnas. Ada dua Perpusnas setauku, yang di Salemba dan di Medan Merdeka. Yang di Salemba itu lebih ke buku-buku referensi jadi kalo untuk hura-hura lebih baik ke Medan Merdeka. Aku pernah berkunjung ke Salemba juga sekitar tahun 2013 tapi suasananya agak lebih gelap dan aku cuma di lobby doang. Di sini aku akan ngomongin soal Perpusnas yang lokasinya di Medan Merdeka. Btw sebagai warga DKI yang penasaran aku juga pernah loh ke Perpustakaan Daerah yang lokasinya di Taman Ismail Marzuki. Aku udah nulis blog soal itu bertahun-tahun yang lalu dan mungkin bakal aku perbarui kalau aku ke sana lagi hahaha. Terakhir aku ke perpustakaan TIM itu koleksi bukunya kurang menarik. Ada sih yang bagus tapi nggak banyak dan kalau udah pernah baca semua yaa yaudah nggak ada lagi. Perlu diingat juga sih terakhir aku ke sana udah lama banget jadi semoga aja sekarang udah berubah. Ternyata aku juga pernah nulis soal jalan-jalan seputar Perpusnas Medan Merdeka dan daerah sekitar Monas. Udah lama banget sampe lupa hahahah. Btw agak sedikit malu ngelink ke tulisan lama tapi gapapa lah ya.

Kenapa ke Perpusnas?

Alasan aku ke Perpusnas itu ya untuk cari buku. Ini karena belakangan ini aku udah males banget beli buku cetak, secara di rumahku rak buku udah penuh banget dan ngga ada lagi tempat buat nyimpen buku. Aku bersedia kok beli buku elektronik tapi harus yang enak formatnya. Kalo engga ya ngapain gitu loh keluar duit buat beli buku pdf. Sayangnya masih susah banget nyari buku Indonesia yang ngeluarin format epub padahal format epub itu nyaman banget buat dibaca secara elektronik. Di ereader maupun di hp, jauuuhhh lebih enak. Waktu aku tau bisa minjem buku di Perpusnas, aku ke sana deh.

Gimana cara minjem buku?

Di Perpusnas Medan Merdeka itu ada 24 lantai dan nggak semuanya berisi buku yang bisa dipinjem. Bisa dilihat di Direktori Lantai Perpusnas, bahwa buku-buku yang bisa dipinjam atau Monograf Terbuka itu lokasinya cuma di lantai 21-22. Selain itu kalo ga salah buku anak, lansia, dan disabilitas juga bisa dipinjam di lantai 7. Sebenarnya aku juga menyayangkan sih kenapa jauh banget layanan monograf terbukanya, padahal kemungkinan besar pengunjung akan pada ke sana. Ini kan “inti” dari sebuah perpustakaan, yang paling dicari sama masyarakat umum gitu. Menurutku harusnya lebih bawah dibandingkan layanan yang lebih niche seperti Koleksi Buku Langka di lantai 14 atau Referensi di lantai 15. Mungkin ini untuk memudahkan peneliti? Wkwk gatau juga sih tapi ya seharusnya nggak setinggi itu menurutku supaya orang-orang ngga perlu bergerak terlalu jauh.

Intinya minjem buku selain buku anak itu di lantai 21-22. Untuk bisa minjem buku, harus punya kartu perpustakaan. Bikinnya sepertinya gampang sih, bisa online juga kalo ngga salah di website Keanggotaan Perpusnas. Tapi kemudian tetep harus dicetak untuk pinjem buku. Cetaknya di layanan keanggotaan di lantai 2. Waktu aku bikin kartu udah lama banget, tahun 2013 dan waktu di Perpusnas Salemba. Dulu itu masa berlaku cuma 5 tahun tapi sekarang masa berlakunya 10 tahun jadi kalau udah kadaluwarsa tinggal dibawa aja untuk diperpanjang. Tapi kalau hilang harus pakai surat hilang dari kepolisian. Padahal males banget ga sih?? Kartu adekku hilang dan dia jadi nggak berencana untuk ke perpusnas sampai kapanpun kayanya. Oiya dan buat yang bukan warga Jabodetabek harus pakai surat domisili, mungkin ini untuk menghindari yang minjem orang jauh dan bukunya nggak dikembalikan.

Cara untuk pinjam buku gampang banget. Jadi di lantai 21 dan 22 ada semacam konter pustakawan, ada tulisannya kok, kalau mau pinjam buku ke sana. Untuk yang pertama kali pinjam harus menunjukkan KTP dan kita bakal diminta untuk verifikasi data, apakah nomor hp dan email masih benar, misalnya. Nah setelah itu untuk berikutnya kalau mau pinjam buku bisa pakai mesin otomatis. Aku suka sih karena cukup cepat dan ga perlu berinteraksi sama manusia 🙂 Oh perlu diingat juga bahwa jam peminjaman cuma sampai jam 3 sore. Tapi kalau pake mesin kayanya nggak ada batasnya sih, karena aku pernah pinjam lewat dari jam 3 sore. Pinjam via mesin juga cuma perlu kartu anggota aja, nggak perlu pakai KTP. Perpustakaannya sendiri tutup jam 4 kalau hari kerja.

Saat pinjam buku bakal dikasih tau sama pustakawannya kalau kita bisa perpanjang mandiri lewat website Keanggotaan. Dan perpanjangnya ini harus H-1 dari tanggal pengembalian, nggak bisa lewat nggak bisa sebelumnya. Jadi harus diingat-ingat tuh. Terus dikasih tau juga bahwa kita bisa ngembaliin buku di lantai satu. Tapiii aku pribadi sih sering di lantai 21 juga karena biar sekalian aja, ngembaliin pas aku datang untuk minjem buku lagi.

Kalau udah waktunya perpanjang, tombol perpanjang bakal bisa diklik

Keanggotaan Perpusnas juga ada sistem poin dan bintang. Semakin sering kita meminjam buku, bakal semakin banyak poin yang didapat. Jadi awalnya tiap orang bisa minjem buku 3 biji dan durasinya 7 hari, kalau poinnya banyak bakal nambah jumlah buku dan durasinya. Poin ini bakal meningkat kalau pinjam buku dan mengembalikan tepat waktu. Tapi kalau terlambat ngembaliinnya bisa ngurangin poin setauku. Caraku meningkatkan poin adalah dengan pinjam buku aja sebanyak-banyaknya, sampai batas. Meskipun pada akhirnya nggak sempat dibaca, ya nggak bayar juga kan wkwk. Nggak rugi gitu, lho. Makanya aku cukup cepat akumulasi poin.

Sekarang aku sudah punya poin 152, dan itu berarti aku sudah bintang 3. Ada beberapa keuntungannya nih, sekarang aku bisa pinjam koleksi sebanyak 6 biji, dan jumlah hari peminjaman juga pertambah 3 hari. Meskipun aku sendiri masih kurang paham teknis penambahan hari peminjaman ini gimana karena kayanya sama-sama aja. Tapi memang sekarang-sekarang ini aku bisa perpanjang buku sampai dua kali.

Ritualku di Perpusnas

Perpusnas Medan Merdeka itu lokasinya di antara Lembaga Pertahanan Nasional dan Balai Kota Jakarta. Di depannya juga ada halte Transjakarta Balai Kota yang dilewati sama bus GR1, bus TJ gratis loh!! Tempat tinggalku tuh sebenarnya cukup dekat dari Perpusnas tapi nggak ada trayek transportasi umum yang sesuai dari rumahku ke Perpusnas. Jadi, aku biasa ke sana naik ojek online atau bawa mobil sendiri. Belakangan ini aku dan adekku (bukan yang kartunya hilang) bawa mobil sendiri aja dan emang kayanya nggak terlalu banyak yang bawa mobil ke sana. Selama ini aku selalu dapet parkir. Tempat parkirnya juga nyaman, nggak sesak. Masih memungkinkan lah buat aku yang baru bawa mobil satu tahunan wkwk. Tapi ini bisa jadi juga karena aku selalu dateng pas hari kerja ya, aku belum pernah berkunjung pas akhir minggu.

Enaknya lagi karena bawa kendaraan, aku bisa naik lift langsung dari lantai basement. Biasanya di lantai dasar itu penuh banget karena orang-orang yang datang dari luar atau naro barang di tempat penitipan. Setauku memang ada beberapa lantai yang mengharuskan kita untuk pakai tasnya Perpusnas. Jadi nggak boleh bawa tas sendiri. Ada juga lantai yang mengharuskan kita untuk ngasih kartu anggota untuk masuk. Tapi di lantai 21-22 bebas, kok (sejujurnya aku nggak tau sih apakah aturannya boleh apa enggak, tapi selama ini nggak pernah ditegur satpamnya meskipun kelihatan bawa tas laptop gede hehehehehe). Untuk menghindari keramaian aku biasanya langsung aja dari basement ke lantai 21. Begitu sampai di lantai 21, aku bakal langsung ke konter pustakawan untuk ngembaliin buku yang aku pinjam sebelumnya, nyari meja untuk naro laptop siapa tau ada kerjaan, dan berkeliling untuk nyari buku lagi untuk dipinjam.

Kunjungan dua-tiga mingguanku ke Perpusnas ini emang tujuannya benar-benar untuk ngembaliin dan minjem buku. Jadi aku berusaha secepat mungkin aja, nggak mau pulang terlalu sore karena takut bareng orang pulang kerja. Bersyukur banget karena aku kerjanya remote jadi bisa dari mana aja dan bisa aku tinggal nyetir juga, tapi aku bakal butuh meja buat buka laptop untuk ngecek kerjaan. Perpusnas itu emang serignya rame banget dan susah buat nemu tempat duduk. Untung-untungan aja sih, karena aku pernah datang pagi, siang, sore, nggak ada jam pasti kapan dia sepi atau ramai.

Setelah itu, kalau udah nemu buku yang pingin dipinjam dan nggak ada yang harus dikerjain, aku langsung pulang aja. Biasanya sih aku cuma makan waktu sekitar satu jam aja di Perpusnas. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku juga biasanya pinjam buku cukup banyak, langsung 3 atau 4 supaya cepet dapat poin daaann siapa tau aja kebaca semuanya kann hehehe.

Opini lain-lain soal Perpusnas

Lift

Lift di Perpusnas itu aduhhhhhh bener-bener nggak enak banget. Wah udah bener-bener kesel deh aku wkwk. Cukup lambat bergeraknya dan jumlahnya nggak sepadan sama jumlah pengunjung. Sejauh ini ada lima lift yang beroperasi tapi cuma tiga yang sampe basement. Berburu lift di Perpusnas itu sesuatu yang menyebalkan banget dan setiap kali aku mau pindah lantai aku harus mentally prepare myself. Sering banget liftnya terbuka eh ternyata penuh. Pernah juga liftnya lewat dan nggak berhenti sama sekali. Jadi kalau ke Perpusnas, menunggu lift itu makan waktu dan emosi banget. Ini sempat bikin aku pulang lebih awal padahal masih pingin main, gara-gara keburu kesal sama lift. Aku tau pasti mahal, tapi lift Perpusnas sebaiknya berbenah sih. Padahal di Jakarta ada banyak gedung-gedung skyscraper yang punya lift sangat efektif. Misal lift A cuma buat ke lantai 1-5, lift B cuma buat ke lantai 6-10, dan seterusnya. Mungkin beda sih sama di gedung perkantoran yang kemungkinan sebaran orangnya lebih merata, tapi bener-bener deh, menurutku kalo liftnya begini terus bisa jadi mandek banget untuk mobilitas para pengunjung. Kadang sampe frustrasi di lantai 21 nggak dapet-dapet lift. Turun pakai tangga darurat juga ya males banget. Makanya kalau Monograf Terbuka itu nggak lebih dari lantai 6 misalnya, bakal agak lebih memungkinkan buat jalan pakai tangga darurat dan mengurangi jumlah yang nunggu lift.

Kantin

Kantin Perpusnas juga ukurannya nggak sepadan sama pengunjung. Mungkinkah karena Covid jadi jumlah kursi dikurangi? Kayanya iya, tapi seingatku waktu ke Perpusnas tahun 2018/2019 juga udah ramai banget. Penuhh banget, susah deh untuk dapat tempat duduk. Harus menunggu lama. Sudah gitu, bakal bingung banget kalau cuma sendirian karena nggak bisa mengandalkan orang lain buat nandain tempat duduk. Untuk harga dan rasa standar aja sih. Jadi aku saranin buat tahan lapar aja 🙂 Mending bawa bekal terus dimakan di teras Perpusnas di luar lantai dasar, atau keliling-keliling aja ke daerah Sabang. Di sana banyak banget kok tujuan wisata kuliner. Aku sendiri untuk kunjungan rutinku yang cuma satu jam aja aku nggak pernah makan di kantin Perpusnas. Ohiya enaknya nih, kita bisa banget bawa botol air minum ke lantai 21-22. Di sana ada meja tempat orang-orang naro botol minum. Mungkin supaya nggak kesenggol dan ngebasahin buku ya, aku senang banget sih bisa minum di lantai atas.

Informasi soal Perpusnas

Menurutku informasi soal macam-macam fasilitas Perpusnas ini cukup susah ditemukannya. Nyari bagaimana sistem poinnya bekerja, direktori lantai, itu semua butuh cukup usaha. Entah kenapa banyak info penting Perpusnas itu adanya di website Pujasintara bukan Perpusnas jadi kalau search info di website Perpusnas suka ngga ketemu! Kebanyakan info penting, bahkan FAQ, itu adanya di Pujasintara. Kalau emang mau dibedain websitenya gini, seharusnya Pujasintara lebih diiklanin lagi, entah bikin tulisan-tulisan di gedung Perpusnas atau di website Perpusnasnya sendiri. Karena saat blog ini ditulis, di homepage Perpusnas nggak ada sama sekali mention ke website Pujasintara! Dikasih tautan di footer aja engga.

Tips meminjam buku di Perpusnas:

  • Kalau belum punya kartu anggota, sebaiknya daftar dulu via website Keanggotaan, terus datang ke lantai 2 untuk cetak sepagi mungkin. Menurut admin instagram, ada kuota pencetakan kartu setiap harinya.
  • Jangan sampai lupa kalau peminjaman buku via pustakawan cuma sampai jam 3, sayang banget kalau udah jauh-jauh eh malah lupa. Ini terutama untuk peminjaman pertama, setelah itu bisa via mesin.
  • Pinjam buku sebanyak mungkin, dimaksimalin aja kuota peminjamannya. Ini supaya cepet akumulasi poin dan bisa dapat keuntungan-keuntungan yang ada, seperti smart locker dan tambahan hari peminjaman.
  • Kembalikan buku tepat waktu. Ini juga bisa berpengaruh sama poin. Selain itu sanksi kalau ngembaliin buku telat itu akun kita bakal disuspensi, jadi ngga bisa pinjam selama beberapa hari. Cukup nyebelin juga kan, apalagi kalau kerjaannya pinjam-balikin-pinjam terus kaya aku.
  • Kalau mau keliling ke seluruh lantai Perpusnas titipin dulu barang bawaan di lantai dasar.
  • Tahan lapar wkwkwk. Kalo mau makan di kantin di luar jam padat makan siang nggak terlalu parah sih, tapi kantinnya selalu ramai. Makanannya juga biasa aja, mending ke Sabang aja udah.


Sekian pengalamanku beberapa bulan ini bolak-balik pinjam buku di Perpusnas. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang pingin juga pinjam buku di Perpusnas. Selain pinjam buku, di Perpusnas banyak fasilitas lain kok, ada ruang multimedia juga, suka ada screening film juga, banyak deh infonya di Instagram mereka. Cukup aktif juga kok adminnya untuk balas-balas komentar.

Setelah ini, aku pingin banget nyobain layanan smart locker. Jadi kita bisa pesan buku yang ingin dipinjam lewat katalog online, nanti akan dicarikan dan ditaro di loker sama petugasnya, dan kita tinggal ambil aja. Lokernya sendiri letaknya di lantai 2, jadi nggak perlu capek mental untuk nunggu lift. Aku pingin banget nyoba layanan ini, kemungkinan bakal kucoba next time aku ke Perpusnas.

6 Comments

  1. thank youu udah bikin postingan ini hihihi asli sih kalo perpusnas ini deket sm tempat tinggalku, minimal seminggu sekali bisa lah kesini sekadar me time baca buku tanpa distraksi heheh

    Like

    1. Iyaa bener banget Farah hahaha. Enaknya pinjem buku dari perpustakaan tuh aku jadi banyak baca buku-buku yang mungkin ngga akan aku baca kalo harus beli sendiri. Jarang juga kan nemu buku terbitan kampus di toko buku.

      Like

    1. Iyaa bener mas! Padahal kan fungsi perpustakaan yang paling “mainstream” itu untuk pinjem buku ya, seharusnya ruangnya sebanyak mungkin dipake untuk buku-buku populer karna bagus juga untuk ningkatin minat orang2 datang ke perpusnas. Tapi setauku sekarang ada perubahan gitu, buku di lt 21-22 yg terbit sebelum 2010 dipindahin ke lt 12 dan ngga tau apakah bisa di pinjem atau ngga. Semoga aja ya koleksinya nambah terus.

      Like

Leave a comment